Mengenal Sunda Wiwitan Kepercayaan dari Tanah Pasundan yang Masih Eksis

Ilustrasi Saren/Sumber: Strategi.id Ilustrasi Saren/Sumber: Strategi.id

Dadali:  Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak suku bangsa membuat dikenal sebagai negara yang kaya akan tradisi dan kepercayaan. Secara turun-temurun tradisi tersebut diwariskan dan terus dijaga hingga generasi saat ini.

Salah satunya ialah kepercayaan adat dari tanah Pasundan yakni Sunda Wiwitan. Kepercayaan ini sudah dianut dan diwariskan oleh masyarakat Sunda sejak lama.

Dihimpun dari berbagai sumber, Wiwitan  diartikan sebagai mula pertama, asal, pokok dan jati. Maka dari itu, kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Sunda ini dapat didefinisikan sebagai sebuah kepercayaan masyarakat pertama dari orang Sunda.

Diketahui kepercayaan ini turut dianut oleh masyarakat Kanekes di Banten. Sayangnya, orang Kanekes bersikap tertutup. Dengan begitu, informasi mengenai Sunda Wiwitan ini hanya sedikit diketahui.

Baca juga: Viral Aksi "Joker" di Jepang! Ini Penjelasan dari Sisi Psikologis

Namun, sebuah buku berjudul 'Kebudayaan Sunda Suatu Pendekatan Sejarah' menjelaskan informasi mengenai ajaran yang banyak diyakini masyarakat Kanekes. Berikut informasinya.

Ajaran Sunda Wiwitan

1. Sistem kepercayaan

Pada kekuasaan tertinggi Sunda Wiwitan meyakini Sang Hiyang Keresa (Yang Maha  Kuasa) atau Nu Ngersakeun (Yang  Menghendaki). Selain itu, Batara Jagat (Penguasa  Alam), dan  Batara Seda Nisakala (Yang Gaib).

2. Menghargai dan mencintai alam

Diketahui jika, dalam ajaran Sunda Wiwitan sangat erat dengan ajaran untuk saling menghormati antara manusia dengan alam. Masyarakat menunjukkan rasa syukurnya terhadap melimpahnya hasil pertanian melalui tradisi Seren.

Selain itu, ajaran yang lebih populer ditunjukkan oleh masyarakat Kanekes Badui yang begitu menghormati alam. Mereka melarang masyarakat merusak hutan dan lingkungan dengan melarang memasukinya.

3. Aturan beribadah

Kepercayaan leluhur masyarakat Sunda ini, biasanya melaksanakan ibadah dengan sebutan olah rasa. Kegiatan ini dijalani pada dua waktu tertentu. Pertama, saat pagi pukul 05.00 WIB. Sedangkan yang kedua saat sore menjelang malam pukul 18.00 WIB.

Sama dengan kepercayaan lainnya, kegiatan olah rasa dilakukan untuk mendekatkan diri antara manusia dengan sang pencipta.

Persebaran Sunda Wiwitan

Sunda Wiwitan diketahui sudah tersebar sejak ratusan tahun lalu di berbagai wilayah di Jawa Barat. Peta persebaran itu meliputi,  Sukabumi, Kampung Naga, Cirebon, Cigugur, Kuningan.

Kemudian juga tersebar di Kanekes, Lebak, Cisolok, dan Ciptagelar Kasepuhan Banten Kidul. Uniknya, masing-masing wilayah tersebut memiliki karakteristik yang berbeda.



(NAI)