Bahasa Indonesia Dinilai Berpeluang Jadi Bahasa Internasional

 CEO Media Group Mirdal Akib dalam Festival Bahasa dan Sastra menyambut Bulan Bahasa (Bulbas) dan Sumpah Pemuda yang digelar Harian Media Indonesia. Foto: Medcom.id/Kautsar Widya Prabowo CEO Media Group Mirdal Akib dalam Festival Bahasa dan Sastra menyambut Bulan Bahasa (Bulbas) dan Sumpah Pemuda yang digelar Harian Media Indonesia. Foto: Medcom.id/Kautsar Widya Prabowo

Dadali: Bahasa Indonesia dinilai berpeluang menjadi bahasa internasional. Untuk mewujudkannya, diperlukan peran seluruh masyarakat dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
 
"Minimal (bahasa Indonesia bisa menjadi) bahasa persatuan di Asia Tenggara, sebagai negara dengan populasi terbesar," ujar CEO Media Group, Mirdal Akib, dalam Festival Bahasa dan Sastra menyambut Bulan Bahasa (Bulbas) dan Sumpah Pemuda yang digelar Harian Media Indonesia, seperti dilansir Medcom.id, Jumat, 29 Oktober 2021.
 
Menurut dia, saat ini bahasa Indonesia memiliki kurang lebih 125 ribu suku kata. Penambahan suku kata bahasa Indonesia per tahun kurang lebih hanya 1.000.

Sementara itu, bahasa Inggris memiliki kurang lebih satu juta suku kata. Suku kata bahasa internasional itu setiap tahunnya bertambah hingga 80 ribu.

Mirdal menjelaskan dengan berbagai macam suku dan budaya, Indonesia sedianya memiliki beragam bahasa. Hal ini dapat dimanfaatkan dalam memperkaya kosa kata bahasa Indonesia.
 
"Kita tidak memakai kekayaan (bahasa) daerah yang digaungkan tadi menjadi kekayaan dan pengayaan bahasa Indonesia sehingga menjadi bahasa internasional," terang Mirdal Akib.
 
Saat ini, kata Mirdal, penggunaan bahasa Indonesia terdisrupsi dengan cara masyarakat berkomunikasi. Sering kali masyarakat lebih nyaman menggunakan bahasa asing.

Baca: Pemerintah Diminta Ambil Langkah Strategis Jaga Eksistensi Bahasa Indonesia
 
Ia mencontohkan, bencana alam di Aceh pada 2004 disebut sebagai tsunami, istilah dalam bahasa Jepang. Selain itu, kata hoaks yang berarti berita bohong diserap dari bahasa Inggris, hoax.
 
"Kenapa kita tidak pakai umpamanya pengayaan bahasa-bahasa daerah kita gunakan sehingga bertambah kosa kata kita sehingga menjadi bahasa yang diperhitungkan," jelas Mirdal Akib.



(RAO)

Berita Terkait