Mengenang 113 Tahun Buya Hamka, Berikut Kata-Kata Bijak Ciptaannya

Foto: Pexels.com Foto: Pexels.com

Dadali: Hari ini, Rabu, 17 Februari 2021, merupakan hari ulang tahun Abdul Malik Karim Amrullah atau biasa disapa Buya Hamka yang ke-113. Hamka merupakan salah satu tokoh Islam yang berpengaruh pada masanya. Bahkan, ia merupakan Ketua pertama Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Selain dikenal sebagai ulama, Hamka juga dikenal sebagai penulis yang andal. Semasa hidupnya, ia banyak menghabiskan waktunya untuk menulis dan menerbitkan buku. Pria kelahiran Sumatra Barat itu juga pernah menjadi wartawan di beberapa surat kabar.

Tentunya, penulis yang andal akan menghasilkan karya-karya hebat. Dilansir dari berbagai sumber, berikut kata-kata bijak Buya Hamka tentang kehidupan yang penuh makna dan inspiratif. 

1. Kehidupan itu laksana lautan. Orang yang tiada berhati-hati dalam mengayuh perahu, memegang kemudi dan menjaga layar, maka karamlah ia digulung oleh ombak dan gelombang. Hilang di tengah samudra yang luas. Tiada akan tercapai olehnya tanah tepi.

2. Jangan takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Yang takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah. Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita dapat menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah kedua.

3. Agama tidak melarang sesuatu perbuatan kalau perbuatan itu tidak merusak jiwa. Agama tidak menyuruh, kalau suruhan itu tidak membawa selamat dan bahagia jiwa.

4. Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah.

5. Jangan pernah merobohkan pagar tanpa mengetahui mengapa didirikan. Jangan pernah mengabaikan tuntunan kebaikan tanpa mengetahui keburukan yang kemudian anda dapat.

6. Bahwasanya air mata tiadalah ia memilih tempat untuk jatuh, tidak pula memilih waktu untuk turun.

7. Cinta itu perang, yakni perang yang hebat dalam rohani manusia. Jika ia menang, akan didapati orang yang tulus ikhlas, luas pikiran, sabar dan tenang hati. Jika ia kalah, akan didapati orang yang putus asa, sesat, lemah hati, kecil perasaan dan bahkan kadang-kadang hilang kepercayaan pada diri sendiri.

8. Satu hati lebih mahal dari pada senyuman. Satu jiwa lebih berharga dari pada sebentuk cincin

9. Anak lelaki tak boleh dihiraukan panjang, hidupnya ialah buat berjuang, kalau perahunya telah dikayuhnya ke tengah, dia tak boleh surut palang, meskipun bagaimana besar gelombang. Biarkan kemudi patah, biarkan layar robek, itu lebih mulia daripada membalik haluan pulang.

10. Satu-satunya alasan kita untuk hadir di dunia ini adalah untuk menjadi saksi atas keesaan Allah.

11. Panggilan 'ayah' dari anak-anak, ketika si buruh pulang dari pekerjaannya, adalah ubat duka dari dampratan majikan di kantor. Suara 'ayah' dari anak-anak yang berdiri di pintu, itulah yang menyebabkan telinga menjadi tebal, walaupun gaji kecil. Suara 'ayah' dari anak-anak, itulah urat tunggang dan pucuk bulat bagi peripenghidupan manusia.

12. Tali yang paling kuat untuk tempat bergantung adalah tali pertolongan Allah.

13. Kegunaan harta tidak dimungkiri. Tetapi ingatlah yang lebih tinggi ialah cita-cita yang mulia.

14. Al-Quran yang dibaca baik-baik adalah tanda jiwa yang kenyang akan makanan bergizi.

15. Bertobat tidak hanya berarti menyesali dosa, tetapi juga membenci dosa.

16. Tahan menderita kepahitan hidup sehingga penderitaan menjadi kekayaan adalah bahagia.

17. Kalau nyata harta bedan tidak dapat menangkis sakit, tidak dapat menolak demam, tidak dapat menghindarkan maut, nyatalah bahwa kesusahan yang menimpa orang kaya serupa dengan kesusahan yang menimpa orang miskin.

18. Sebesar-besar atau seberat-berat urusan, jangan dihadapi dengan muka berkerut, kerut muka itu dengan sendirinya menambahkan lagi kerut pekerjaan itu.

19. Tuhan menilai apa yang kita beri dengan melihat apa yang kita simpan.

20. Kita memang hanya akan dipertemukan dengan apa-apa yang kita cari.

21. Tegakkan cita-cita terlebih dahulu sebelum berusaha.

22. Orang yang berakal hidup untuk masyarakatnya, bukan buat dirinya sendiri.

23. Orang yang berakal pergi ke medan peran membawa senjata. Berbantah dan bertukar pikiran dengan cukup alasan. Berlawan dengan kekuatan. Karena dengan akallah tercapai hidup, dengan budi tenanglah hati, dengan pikiran tercapai maksud, dengan ilmu ditaklukkan dunia.

24. Kalau hidup sekadar hidup, babi hutan juga hidup, Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja.

25. Air mata berasa asin itu karenanya air mata adalah garam kehidupan.



(SYI)

Berita Terkait