Konflik Israel-Palestina, Ini Alasan Mengapa Gaza Terlihat Buram di Google Maps

Foto: AFP Foto: AFP

Dadali: Saat ini, dunia sedang menyoroti konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina di Jalur Gaza. Baku hantam yang terjadi di Jalur Gaza itu sudah terjadi selama beberapa hari ini dan situasi masih mencekam di sana. Akibatnya, ratusan orang tewas, termasuk anak-anak dan perempuan.

Terkait peristiwa itu, akhir-akhir ini media sosial sempat dihebohkan dengan isu yang menyebutkan citra Jalur Gaza terlihat buram jika dilihat dari aplikasi Google Maps. Sebagai salah satu tempat terpadat di dunia, tentunya banyak yang mempertanyakan mengapa citra Gaza tampak kabur di aplikasi tersebut.

Melansir dari BBC, sebagian besar wilayah Israel dan Palestina muncul di Google Earth sebagai citra satelit resolusi rendah. Bahkan, hampit tidak mungkin melihat mobil-mobil di Gaza. 

Jika dibandingkan dengan Pyongyang, ibu kota rahasia Korea Utara. Citra gambar yang ditunjukkan sangatlah berbeda. Di sana kita bisa melihat mobil-mobil dengan tajam beserta orang-orangnya.

Baca juga: Konflik Israel-Palestina, Pemerintah Didorong Terjunkan Pasukan Perdamaian

“Saya tahu ini adalah masalah terbaru yang terjadi di Gaza sekarang, tetapi tidak masuk akal bahwa Google (dan Bing dan bahkan Yandex) menolak memberikan citra satelit yang terbaik untuk beberapa tempat terpadat di bumi, dan secara teratur terkena serangan udara Israel,” cuit Aric Toler, seorang jurnalis untuk Bellingcat di Twitter.

Alasan Gaza tampak buram

Pemerintah Amerika Serikat membatasi kualitas citra satelit yang boleh diberikan perusahaan AS secara komersial melalui keputusan Kyl-Bingaman Amendment (KBA) hingga tahun lalu. Keputusan itu mencuat pada 1997 untuk mengatasi masalah keamanan Israel.

Sebenarnya putusan itu hanya merujuk pada Israel, tetapi juga diterapkan pembatasan gambar pada wilayah Palestina. Dengan begitu kualitas gambar KBA tampak buram.

“Kami (Israel) akan selalu memilih untuk difoto dengan resolusi serendah mungkin,” kata Amnon Harari, kepala program luar angkasa di Kementerian pertahanan Israel tahun lalu, seperti dilaporkan oleh Reuters.

Putusan KBA hanya berlaku bagi perusahaan AS. Dengan begitu, penyedia non-AS seperti perusahaan Prancis Airbus dapat menyediakan gambar-gambar tersebut dengan resolusi yang lebih tinggi. AS pun semakin mendapat tekanan untuk mengakhiri pembatasannya.

KBA akhirnya digugurkan pada Juli 2020. Pemerintah AS akhirnya mengizinkan perusahaan AS untuk memberikan gambar yang jauh lebih berkualitas. Tetapi, sampai saat ini wilayah Israel dan Palestina masih tampak buram seperti yang diberitakan.

Apa kata Google dan Apple?

BBC mencoba menggapai Google dan Apple (yang aplikasi pemetaannya juga menampilkan gambar satelit) untuk menggali hal tersebut. Apple mengatakan bahwa pihaknya sedang berupaya memperbaharui petanya ke resolusi yang lebih tinggi. Sedangkan Google menginfokan bahwa gambar yang mereka tangkap berasal dari berbagai penyedia.

Google juga mempertimbangkan peluan untuk menyegarkan kembali citra satelit yang mereka miliki saat ini dengan resolusi yang lebih tinggi. Tetapi, pihaknya juga menambahkan bahwa tidak ada rencana untuk dibagikan saat ini.

Terkait hal tersebut, penyelidik open-source, Nick Waters, pun angkat bicara. “Mempertimbangkan pentingnya peristiwa terkini, saya tidak melihat alasan mengapa citra komersial daerah ini harus terus didegradasi dengan sengaja,” katanya untuk Bellingcat di Twitter.



(SYI)