Hore! Layanan Internet di Sabang Sudah Mulai Merata

(Foto:MI/Rosa Panggabean) (Foto:MI/Rosa Panggabean)

Dadali: Pemerintah melalui BAKTI Kominfo memiliki misi untuk menyediakan layanan telekomunikasi hingga ke daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Daerah paling barat Indonesia, yakni Kota Sabang, Aceh, menjadi salah satu daerah sasaran BAKTI.

Direktur Layanan Telekomunikasi dan Informasi untuk Badan Usaha BAKTI Kominfo, Dhia Anugrah Febriansa, memaparkan untuk di Sabang, BAKTI telah membangun Base Transceiver Station (BTS) mikro. BTS mikro ini berfungsi untuk memfasilitasi telekomunikasi seluler pada wilayah tertentu di Sabang yang belum mendapatkan sinyal atau biasa disebut blank spot.

“Nah disitulah kami (BAKTI) hadir elaborasi dengan penyelenggara telekomunikasi. Jadi tetap yang menyediakan layanan jasanya penyelenggara telekomunikasi, tapi kami melalui program tol langit ini memfasilitasi mereka terhadap beberapa fasilitas,” kata Dhia dalam diskusi virtual Newsmaker yang diakses melalui kanal YouTube Medcom.id pada Sabtu, 21 November 2020.

Selain menyediakan BTS mikro di Sabang, jelas Dhia, BAKTI juga merealisasikan program yang juga merupakan bagian dari tol langit, yakni penyediaan akses internet. Terdapat 11 lokasi yang telah disediakan oleh BAKTI untuk mengakses internet di sana.

“Akses internet ini bentuk fisiknya adalah seperti akses poin, wifi. Ditempatkan di public area, di antaranya adalah sekolah, puskesmas atau pustu (puskesmas pembantu) dan di public area lainnya,” ucapnya.

Sebelumnya, Dhia sempat menjelaskan latar belakang dari inisiatif pemerintah melakukan program ini. Secara finansial, daerah 3T di Indonesia memang tidak menarik minat perusahaan swasta untuk membangun infrastruktur telekomunikasi di sana. Dhia menyebutkan terdapat dua parameter yang menjadi pertimbangan pihak swasta.

Pertama, sedikitnya jumlah penduduk. Dengan jumlah penduduk yang sedikit, otomatis potensi demand (permintaan) atau market (pasar) yang tersedia di daerah tersebut juga kecil. “Biasanya penyelenggara telekomunikasi punya ukuran tertentu terhadap jumlah penduduk,” kata Dhia.

Kedua adalah tantangan geografis. Diperlukan biaya yang lebih besar bagi swasta untuk menjangkau wilayah yang berbukit-bukit, bergunung-gunung, dan pulau terluar karena dibutuhkan teknologi tertentu. Sehingga nilai jual jasanya tidak akan sebanding dengan nilai investasinya.

Oleh karena itu, pemerintah akhirnya berinisiasi melalui BAKTI untuk menyediakan infrastruktur layanan telekomunikasi di wilayah 3T. Hal tersebut dilakukan demi mengatasi kesenjangan digital di Indonesia.



(SYI)

Berita Terkait