Kota Cimahi Gelar Simulasi PTM Selama 6 Hari

Ilustrasi sekolah tatap muka. Medcom.id Ilustrasi sekolah tatap muka. Medcom.id

Dadali: Dinas Pendidikan Kota Cimahi, Jawa Barat melaksanakan simulasi Pembelajaran Tatap Muka (PTM) mulai 24-31 Mei 2021, untuk jenjang TK/PAUD, SD dan SMP. Simulasi ini digelar untuk menyongsong PTM tahun ajaran baru 2021-2022 yang rencananya dimulai 19 Juli mendatang.

"Ada 83 persen SMP sudah siap, 80 persen tingkat SD, 60 persen TK dan 50 persen PAUD," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Cimahi, Harjono, Senin, 24 Mei 2021, melansir Media Indonesia.

Simulasi PTM gelombang pertama ini hanya diikuti sejumlah sekolah yang sudah memenuhi kriteria. Sekolah yang berkategori baik dan baik sekali yang boleh mengikuti simulasi.

"Bagi sekolah yang tidak lolos verifikasi diberikan kesempatan untuk memperbaiki kekurangan sekolahnya, nanti akan dilakukan verifikasi ulang 15-16 Juni mendatang. Soalnya akan ada simulasi tahap kedua pada 22-28 Juni mendatang," jelasnya.

Baca juga: Pembukaan Sekolah Harus Lalui 5 Tahapan Ini

Aturan simulasi mengacu Surat Keputusan Bersama (SKB) empat menteri. Salah satunya mengatur peserta uji coba, dimana pembelajaran setiap sekolah hanya diperbolehkan diikuti 50 persen siswanya.
 
"Tapi berbeda bagi sekolah yang jumlah siswanya banyak. Contohnya, SD Cipageran ada 1.800 orang, kalau 50 persen berarti 900 orang, masih banyak. Berarti dikurangi hanya 20 persen saja," beber Harjono.

Dinas Pendidikan melarang siswa yang mudik pada Lebaran kemarin ikut serta dalam simulasi PTM. Pihaknya khawatir siswa yang dibawa orang tuanya mudik malah berisiko penularan covid-19.

Harjono telah mengintruksikan kepada seluruh kepala sekolah untuk mendata berapa jumlah siswa yang dibawa orang tuanya mudik.

"Semua siswa yang dibawa mudik tidak disertakan dalam simulasi PTM, karena sesuai ketentuan, setelah mudik harus isolasi mandiri," ungkapnya.

Selain itu, guru yang disertakan dalam simulasi juga hanya mereka yang sudah divaksin covid-19. Terkecuali bagi guru yang betul-betul tidak bisa divaksin lantaran memiliki komorbid.

"Dari 4.800 guru, tinggal 200 orang yang belum divaksinasi. Harapannya pekan ini sudah rampung semua," ujarnya. (Depi Gunawan)



(CIA)

Berita Terkait