Pemkot Bogor Perketat Mobilitas Warga Jelang Idulfitri

Wali Kota Bogor Bima Arya. MI/Pius Erlangga Wali Kota Bogor Bima Arya. MI/Pius Erlangga

Dadali: Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor akan melakukan pengetatan mobilitas warga dan penerapan protokol kesehatan (prokes) sebelum dan sesudah Idulfitri 1442 Hijriah. Hal ini mengikuti anjuran pemerintah agar tidak terjadi lonjakan kasus covid-19.
 
"Tadi kami mendapatkan arahan dari Panglima TNI-Kapolri, Mendagri, Jaksa Agung dan semua. Kalau pemerintah daerah lengah, kerumunan dibiarkan, arus mudik tidak diantisipasi, tempat ibadah tidak melakukan protokol kesehatan, maka ada potensi lonjakan kedua covid-19," kata Wali Kota Bogor, Bima Arya di Bogor, Jawa Barat, Selasa, 4 Mei 2021, melansir Medcom.id.
 
Dia memastikan, koordinasi dan komunikasi terus dilakukan untuk memastikan pengetatan mobilitas warga efektif berjalan. Pihaknya sudah melakukan simulasi penyekatan yang akan dilakukan pada 6 Mei 2021.

“PPKM (pembatasan pergerakan kegiatan masyarakat) Mikro menjadi bagian yang akan diperketat dan pengawasan lebih ketat juga dilakukan di tempat-tempat ibadah,” ucapnya.

Baca juga: Kota Bogor Berlakukan Ganjil Genap Mikro Jelang Idulfitri

Bima Arya melanjutkan, Pemkot Bogor telah berkoordinasi dengan Kapolresta Bogor Kota dan Dandim 0606 Kota Bogor untuk mengantisipasi kerumunan di mal dan pasar. Mereka akan mengambil tindakan tegas dalam menegakkan disiplin protokol kesehatan untuk mengantisipasi potensi lonjakan virus korona.
 
"Setiap saat mal di Kota Bogor bisa ditutup, demikian juga untuk pasar bisa diatur penyekatan penutupan lalu lintas dan sebagainya untuk mencegah kerumunan," ujar Bima Arya.

Kapolresta Bogor Kota Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro, menambahkah jajaran Satgas covid-19 tingkat kecamatan akan memantau pusat perbelanjaan ataupun pasar tradisional. Bila ditemukan kerumunan, kedua lokasi itu dapat ditutup sementara mulai dari akses masuk maupun akses jalan menuju ke lokasi.
 
"Kami menghimbau agar warga Kota Bogor memanfaatkan pusat perbelanjaan terdekat dari lokasi tempat tinggal. Jadi tidak semua harus di pusat kota, karena itu risiko terpapar lebih tinggi,” ucap Susatyo kepada medcom.id. (Rizky Dewantara)



(CIA)

Berita Terkait